Akhir Februari 2014 kantor gw dapet proyek gitu di seluruh Sumatera. Nah kebetulan gw dapet daerah utara (emang selalu seperti itu dari dulu :( .... )
Tepatnya gw ditempatin di Medan. Tim kerja gw terdiri dari 3 orang : gw (paling ganteng), ilal, dan Gunawan.
Singkat Cerita, setelah sekian hari full kerja (tanpa hari libur, termasuk PEMILU LEGISLATIF) kita bertiga mulai jenuh.
Hari itu kebetulan gak tau knp tiba2 aja gw kepengen liat yang namanya "Danau Toba".
Kebetulan juga temen2 gw setuju sama ide gw.
Kita gak langsung berangkat gitu aja, akhirnya kita rencanain beresin salah satu kerjaan dg cepat (Lembur Mode On)
Nah dari hasil "ngelembur" itu kan kita jd punya space waktu untuk lanjut pekerjaan, di hari itulah kita liburan
Danau Toba dikelilingi banyak kabupaten/kota, tapi tujuan yg gw maksud adalah "Rantau Prapat".
Perjalanan dari Medan Kota ke Rantau Prapat hampir sama kaya dari Jakarta ke Bandung, bedanya ke Rantau Prapat gak ada Tol :D
4 jam perjalanan, kita sampe kira2 jam 11 siang.
Udaranya lumayan dingin, tapi katanya dinginnya itu masih gak seberapa dibanding kota2 lain di daerah SUMUT. (Just info : seperti Brastagi dan Sidikalang, next trip gw WAJIB COBA)
Kita berenti di warung2 jajanan gitu, kaya mie, kopi, bandrek, dsb
Mirip2 Puncak gitu deh :D
Bedanya klo "Puncak Bogor" view-nya kota Bogor, nah klo ini view-nya Danau Toba, yg di tengah2nya ada pulau yang namanya "Pulau Samosir" (yang ini gw WAJIB COBA juga)
End of my Story, kita take photo buat dokumentasi
Sayangnya cuaca waktu itu kurang bersahabat, hujan rintik2 gitu lah
tp overall not bad bad banget lah hahaha
nih penampakannya :
GALUH MUHAMAD NUR
Minggu, 14 September 2014
Jumat, 07 Juni 2013
Trap office
Kawan2 gw di kantor emang pada gokil...
Yg satu magabut, selagi gak ada boss.. doi malah asik molor
Yg satu lg isengnya bukan maen, org lg asik bkin pulo malah dikagetin.
Tapi yg bkin gw ngakak, aksi ngagetin kawan gw itu gatot alias nihil.
Saking "kebo"nya tuh org, diteriakin samping kuping pun kagak bkin doi bangun.
Doi malah asik lanjutin bkin pulo sambil ngorok... ckckckck
Actor : Kribo and Kormod (nama samaran)
Comeback again
Setelah sekian lama vakum dari dunia "corat-coret" kini mulai tumbuh benih2 semangat dan inspirasi.
So.... let's do it
Senin, 19 November 2012
Minggu, 18 November 2012
Holiday at Sawarna Beach
Liburan di Sawarna...
Padahal kondisi badan lagi gak fit banget,
Kita berangkat 6 orang, tapi pulang 7 orang (kidding heheheh)
gue Si Ganteng, Yudieta (sang kekasih), Gobel, Nikita, Agus, and Minah.
Sempet garing sih...
tapi,,, lama-lama asyik juga
yaaa meskipun gak semua pantai di sana terinjak
dan gak sempet liat sunrise (karena kesiangan)
tapi kita masih sempet mengabadikan sunset-nya :D
Padahal kondisi badan lagi gak fit banget,
Kita berangkat 6 orang, tapi pulang 7 orang (kidding heheheh)
gue Si Ganteng, Yudieta (sang kekasih), Gobel, Nikita, Agus, and Minah.
Sempet garing sih...
tapi,,, lama-lama asyik juga
yaaa meskipun gak semua pantai di sana terinjak
dan gak sempet liat sunrise (karena kesiangan)
tapi kita masih sempet mengabadikan sunset-nya :D
Senin, 30 April 2012
Lirik Lagu
Minggu, 24 Juli 2011
PART 1-9 (DRAFT)
mozaik 1
Buah Simalakama
Hidup adalah pilihan. Pilihan antara baik dan buruk, depan balakang, kiri dan kanan, hidup dan mati. Semuanya merupakan pilihan. Baik atau buruknya kehidupan bergantung pada diri kita sendiri. Tak ada yang lebih mengerti hati kita selain kita sendiri.
Adakalanya pilihan bak buah simalakama. Dimakan ibu meninggal, tak dimakan ayah yang meninggal. Itu pepatah lama yang menunjukkan betapa sulitnya mengambil keputusan. Suatu keputusan pasti memiliki konsekuensi.
Ustadz Sholeh mengacungkan sebilah kayu yang biasa digunakannya untuk membantunya berjalan.
“dasar anak–anak brandal tak tahu diri, mau jadi apa kalian nanti”.
XXXXXXX
Terik matahari membakar kulit. Tanah gersang tertiup angin terhempas ke wajahku. Ustadz Sholeh berdiri di depan mesjid jami Al-Ikhlas sambil membawa “iteuk”, istilah sunda untuk sebilah kayu yang biasa digunakan sebagai tongkat untuk membantu berjalan. Aku, Amir, dan Rudi bermain sepak bola di sebuah lapangan samping mesjid Al-Ikhlas. Seperti anak-anak lainnya, sepulang sekolah
mozaik 2
“Maaf” dan “Tolong”
Pikirkan masak-masak sebelum mengambil keputusan. Jangan sampai kau terperosok ke dalam jurang kebatilan.
Itu
wejangan singkat ayah yang selalu terngiang-ngiang di telingaku. Ayah
adalah orang yang pelit akan kata-kata. Tak banyak bicara, namun setiap
kata yang keluar dari mulutnya seakan menusuk hati, menggoresnya bagai
silet, dan mencabik-cabiknya bagai harimau yang menerkam rusa. Namun
dibalik kepelitannya akan kata-kata dalam bicara, ayah adalah sosok
dermawan akan kata “maaf” dan “tolong”. Beliau tak pernah bicara dengan
kata perintah, meski perintah seorang ayah kepada anaknya merupakan hal
yang lumrah dan si anak wajib untuk mentaatinya selama perintah tersebut
bukan suatu keburukan. Setiap beliau melakukan perintah, ayah selalu
mengawali dengan kata “maaf” dan “tolong”.
“maaf nak tolong ambilkan kacamata ayah”,
Aku
sebagai anaknya merasa bangga sekaligus segan akan setiap kata-kata
yang keluar dari mulutnya. Sekalipun aku sedang asyik bermain, mendengar
kata-katanya yang halus bagai belaian angin laut, aku patuh akan
perintahnya.
Bagiku
ayah adalah sosok lelaki yang sangat sabar menghadapi kenyataan,
sepahit apapun hidup ini. Kata ibu, dulu waktu aku masih di dalam
kandungannya, ayah sempat di PHK dari tempatnya bekerja, tanpa mendapat
pesangon sedikitpun. Namun ketabahan hatinya itu yang mampu melewati
cobaan. Semangatnya bagai lilin, tak pernah hilang sedikitpun. Meski
diberi cobaan yang berat, lilin hanya meleleh dan jatuh tak jauh dari
tempatnya. Setelah itu, lilin kembali padat seperti semangat ayah yang
tak pernah hilang.
Satu tahun ayah menjadi kuli bangunan yang kerjanya tak pernah tentu.
mozaik 3
Buruh Pabrik
Ayah
adalah seorang buruh pabrik tekstik PT KAHATEX. Beliau adalah sosok
ayah yang menjunjung tinggi tatakrama. Tak jarang ia menyampaikkan pesan
melalui suatu tindakan positif. Ayah bukan seorang diktator yang
mengharuskanku melakukan segala sesuatu sesuai perintahnya. Namun ia
memberi contoh kepadaku agar perbuatannya dapat ditiru olehku.
Setiap hari ayah harus berangkat kerja setelah shalat subuh.
mozaik 4
Gedung Tua
Suatu
hari, aku, Amir, dan Rudi bermain ke suatu desa yang sangat jauh dari
kampungku. Sambil mengendarai sepeda, kami terus bermain menelusuri satu
desa ke desa lainnya. Hingga suatu ketika kami beristirahat di suatu
lapangan yang di sampingnya terdapat suatu bangunan tua yang tak
terurus. Dengan penuh rasa penasaran aku, Amir, dan Rudi menghampiri
bangunan tua tersebut.
“mir, ini gedung apa ya ?”
Amir
menggaruk kepalanya, menandakan sama bingungnya sepertiku. Tak lama
seorang lelaki paruh baya datang menghampiri sambil membawa sebuah
golok.
“ada apa nak?”, kakek itu mengayun-ayunkan goloknya.
“ini gedung apa ya kek?”
“Oh ini gedung sekolah nak”
Kami
bertiga terpaku sejenak. Lelaki tua itu adalah penjaga sekolah tersebut
yang telah lama berdiri. Kami diajak berkeliling olehnya untuk
melihat-lihat sambil diceritakan kisah berdirinya bangunan tua tersebut.
Layaknya seorang pemandu tur, kakek itu menceritakan sejarah gedung tua
dengan penuh semangat.
“sekolah
ini merupakan gedung peninggalan masa penjajahan Belanda. Dahulu gedung
tua ini merupakan tempat tinggal para tentara Belanda, atau yang lebih
kita kenal dengan sebutan Barak. Namun sejak kemerdekaan, gedung ini
dikuasai oleh warga sekitar. Tapi sayangnya tak seorang pun warga di
sini yang berkeinginan untuk merawat gedung ini”
Aku belum puas dengan ceritanya.
“Lantas mengapa sekarang bisa dijadikan sebagai sekolah?”
“Sejak
tahun 1960, seorang pria keturunan Arab datang ke desa ini untuk
mengajarkan anak-anak. Usman namanya, ia begitu peduli terhadap
pendidikan. Namun perjuangannya menjunjung tinggi ilmu pendidikan tak
bertahan lama karena ia wafat pada tahun 1975, dan sejak itu gedung ini
tak ada lagi yang merawat. Tetapi gedung ini masih tetap digunakan
sebagai tempat belajar, hingga pada tahun 1980 gedung ini resmi
dijadikan sebagai sekolah dasar”
Diam-diam
matahari pergi dari tatapanku. Lembayung menghiasi langit yang senja.
kami bergegas pulang. Dengan mengendarai sepeda mini, kami saling
berbalapan untuk sampai di rumah. Sesampainya di rumah, aku bercerita
kepada ibu tentang perjalananku bersama teman-teman. Dengan penuh
semangat, aku bercerita seputar perjalannanku siang tadi. Ditemani
secangkir teh dan sepiring singkong goreng, kami terlarut dalam cerita.
“bu,
tadi aku main ke suatu desa, di sana ada bangunan tua yang ternyata
bangunan itu adalah satu-satunya sekolah yang ada di desa itu, sungguh
memprihatinkan ya bu”
Bicaraku
tersendat-sendat akibat singkong goreng yang berjejal di mulutku.
Dengan senyumannya yang manis, ibu menanggapi ceritaku
“Makanya
nak, kau harus balajar dengan sungguh-sungguh agar kelak kau menjadi
orang sukses. Tak banyak orang yang beruntung sepertimu, masih bisa
sekolah. Kelak jika kau sudah sukses, kau harus mengamalkan ilmu yang
kau miliki agar bermanfaat bagi orang lain, terutama bagimu nak”
mozaik 5
Guru
Seperti
biasa aku berangkat sekolah dengan sepeda miniku. Aku bersama dengan
Amir dan Rudi berbalapan menuju sekolah. Kami adalah anak yang semangat
untuk menimba ilmu. Kami meiliki cita-cita yang sama yaitu menjadi
seorang guru. Bagi kami guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Oleh
karena itu, kami berniat untuk mendirikan sebuah sekolah untuk anak-anak
yang tak mampu membayar biaya sekolah. Niat tersebut telah kami mulai
sejak kami duduk dibangku sekolah dasar kelas 5. Saat itu kami
mengajarkan anak-anak kurang mampu di desaku. Tempat kami mengajar
adalah di rumahku. Sejak itu, aku dan teman-teman menyisihkan sebagian
uang jajan untuk keperluan mengajar, seperti papan tulis, kapur, buku
tulis, dan buku pelajaran. Hingga lulus sekolah dasar, sanggar belajar
yang kami bangun telah mengalami kemajuan, yaitu terdapatnya ruangan
khusus untuk belajar dan perpustakaan gratis.
mozaik 6
Memasuki
masa SMP, kami masih sekolah di sekolah yang sama. kami bertiga bertemu
dengan seorang guru yang bernama Yani. Yani adalah seorang guru PNS
yang berasal dari desa terpencil di kabupaten Garut. Sejak kecil, Yani
telah ditinggal oleh kedua orang tuanya. Yani tinggal bersama nenek dan
sepupunya. Ia adalah seorang sarjana lulusan Institut Teknologi Bandung.
Yani memberikan banyak pelajaran berharga kepadaku, Amir, dan Rudi.
Kami terharu mendengar kisah guruku itu. Sejak itu, sanggar belajar yang
telah didirikan olehku dan teman-teman mendapatkan tenaga pengajar
tambahan, yaitu Yani. Dari gaji Yani sebagai guru, dan tabunganku, Amir,
dan Rudi. Kini sanggar sekolah tersebut telah menjadi gedung yang
terdiri dari tiga ruangan. Kini gedung tersebut telah menjadi sebuah
yayasan yang memiliki 24 siswa didik. Yayasan tersebut setara dengan
tingkat sekolah dasar, namun yayasan tersebut belum memiliki izin yang
resmi dari pemerintah setempat.
mozaik 7
Memasuki
masa SMA, feri, Amir, dan Rudi mencoba meminta bantuan kepada
pemerintah untuk mendirikan sebuah yayasan yang resmi. Izin tersebut tak
mudah untuk diperoleh. Butuh waktu yang cukup lama untuk
mendapatkannya. Mereka berjuang dengan sangat keras untuk
mendapatkannya. Mereka dibantu oleh Yani untuk membuat proposal surat
permohonan izin mendirikan yayasan. Kantor pemerintah daerah kabupaten
Garut berada di pusat kota, sedangkan desa tempat mereka tinggal adalah
di pelosok kabupaten Garut. Jaraknya sangat jauh, dengan mengendarai
motor butuh waktu dua jam untuk tiba di pusat kota. Dan butuh waktu lima
jam jika mengendarai sepeda. Namun Feri dan kedua sahabatnya tak gentar
dan pantang menyerah untuk memperoleh izin dari pemerintah. Perjuangan
mereka tak hanya sampai di sini. Mereka harus kembali memperbaiki
proposal yang mereka ajukan karena masih memiliki kekurangan. Selain
itu, mereka mengalami kesulitan untuk menemui Bupati kabupaten Garut,
karena usaha mereka dipandang sebelah mata. Mereka yang masih duduk di
bangku SMA dianggap tak serius dalam mendirikan sebuah yayasan. Feri
terus memberikan penjelasan mengenai latar belakang niatnya untuk
mendirikan sebuah yayasan. Setelah panjang lebar Feri menceritakan
keadaan di desanya, akhirnya para pegawai pemerintahan merasa tersentuh
dan tergugah oleh cerita Feri. Mereka seakan dibukakan mata hatinya
untuk membantu masyarakatnya yang kurang mampu. Sebab selama ini,
pemerintah hanya memikirkan untuk memajukan pusat kota saja, tanpa
memandang desa yang cukup terpencil di kota tersebut. Dengan kerja keras
dan keyakinan, akhirnya mereka mendapat izin resmi dari pemerintah
daerah kabupaten Garut untuk mendirikan yayasan. Yayasan tersebut diberi
nama yayasan “Pelita Harapan”. Tak hanya mendapatkan izin resmi,
yayasan tersebut mendapat bantuan materi. Bantuan tersebut dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Diantaranya digunakan untuk membangun kelas
tambahan, membeli fasilitas-fasilitas sekolah, dan membangun sebuah
koperasi. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang keras, Feri, Amir,
dan Rudi terus mencari dan mengumpulkan dana untuk mengembangkan yayasan
yang telah mereka bangun sejak kecil. Mereka mengelola koperasi dengan
baik, sehingga mereka mendapatkan laba yang cukup besar. Selain itu,
Feri dan teman-temannya berjualan kripik singkong di sekolahnya. Kripik
singkong tersebut adalah buatan Euis ibu Feri. Dari hasil koperasi,
berjualan kripik singkong dan bantuan pemerintah, mereka dapat membangun
sebuah rumah kecil yang dijadikan panti asuhan untuk anak-anak jalanan
yang yatim piatu. Panti asuhan tersebut diberi nama panti asuhan “Nurul
Huda”. Anak-anak yang tinggal dipanti tersebut diwajibkan untuk belajar
di yayasan. Selain itu, anak-anak tersebut diberi modal untuk membuat
kerajinan yang dapat dijual. Hingga akhirnya feri, Amir, dan Rudi lulus
SMA, yayasan dan panti asuhan yang didirikannya terus mengalami
perkembangan. Yayasan “Pelita Harapan” telah memiliki 6 buah kelas, 1
perpustakaan, mushola, dan lapangan. Sedangkan panti asuhan “Nurul Huda”
telah memiliki empat buah kamar, satu buah ruang tempat berkumpul, dan
satu dapur.
mozaik 8
Selepas
masa SMA pendidikan Feri tak terhenti sampai di sini, ia melanjutkan
jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi negeri yaitu Institut
Pertanian Bogor. Namum hal tersebut tak diikuti oleh Amir dan Rudi.
Dikarenakan factor biaya, mereka lebih memilih untuk fokus menjadi guru
di yayasan yang telah mereka dirikan sejak kecil. Selain mengajar di
yayasan, Amir dan Rudi juga membuka toko kecil-kecilan di samping
yayasan. Mereka menjualan sembako dan keperluan belajar. Feri mengambil
jurusan Analisis Kimia, karena ia ingin sekali menjadi seorang peneliti
yang menemukan sebuah penemuan baru yang bermanfaat bagi semua orang.
Feri memiliki banyak teman baru. Teman-temannya di kampus berasal dari
berbagai daerah di Indonesia. Hingga akhirnya feri bertemu dengan
seorang wanita yang bernama Yuni. Yuni adalah seorang wanita yang
cantik, pintar, dan berhati mulia. Ia adalah anak tunggal dari pasangan
Beni dan Yuli. Beni adalah seorang dokter senior yang bertugas di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sedangkan Yuli adalah seorang pengusaha
di suatu perusahaan besar. Walaupun Yuni memiliki kedua orang tua yang
serba berkecukupan, namun ia tetap rendah hati dan ramah kepada semua
orang. Selain kerendahan hati dan keramahannya, parasnya yang cantik
semakin membuat dirinya menjadi pujaan banyak lelaki di kampusnya.
Walaupun banyak sekali lelaki yang sangat ingin menjadi kekasihnya,
namun ia tetap memilih Feri seorang pria desa yang gaya hidupnya amat
sederhana. Yuni lebih memilih Feri karena baginya Feri adalah sosok pria
yang jujur dan bertanggung jawab.
mozaik 9
Saat
masa liburan semester, Feri pulang ke kampung halamannya di Garut.
Ayahnya yang seorang tentara, dan ibunya yang seorang pensiunan guru
menyambut kedatangan Feri dengan tangis kebahagiaan. Rasa rindu terbayar
sudah ketika kedua orang tuanya memeluk Feri dengan erat.
“apa kabar nak”, tanya ibu sambil mengusap air matanya.
“Alhamdulillah bu”, jawab Feri.
“bagaimana kuliahmu nak”, tanya ayah sambil memegang pundak Asep.
“Alhamdulillah pak lancar-lancar saja”
Mereka
bertiga larut dalam obrolan melepas kerinduan. Masih dengan pakaiannya
yang dikenakan sejak dari Bogor, Feri langsung mendatangi anak-anak
panti asuhan yang sedang belajar di yayasan.
“apa kabar adik-adikku?”, teriak Feri memberi kejutan.
“baik kak”, jawab anak-anak.
Siswa-siswa
dan para sahabat menyambut kedatangan Feri dangan meriah. Masa
liburannya dihabiskan untuk mengajar anak-anak di yayasan.
PART 1-4 (DRAFT)
PART 1
Berlin JERMAN, tiit tiiit tiit klakson Mercy dua pintu berwarna merah menghempaskanku ke bahu jalan. Hampir kepalaku remuk menghantam aspal. Aku tergesa-gesa pulang ke apartemen. Lari terbirit-birit seperti seorang karyawan yang hampir ketinggalan kereta.
XXXXXXXXXX
RUANG MEETING, Kriing-kriing kriing-kriing, Yakamoto menatapku sinis, keringatku menetes. Yakamoto adalah pengusaha Jepang yang hendak bekerjasama dengan perusahaan tempatku bekerja. Van Bronkhost atasanku tertunduk menahan malu. Aku lupa mematikan telepon genggamku, bahkan nada deringnya masih diset dengan volume paling keras. Seperti biasa, malam sebelum tidur aku atur alarm Handphoneku dengan suara paling keras agar aku tak bangun kesiangan. Apalagi hari ini adalah hari penting bagiku, bahkan bagi perusahaanku.
I’m sorry for my mistake. Aku matikan handphoneku. Sial, hari pentingku hancur berantakan gara-gara handphoneku. Aku melanjutkan presentasiku. Semua kesalahanku terbayar dengan senyuman Yakamoto yang puas dengan sajianku. Jabat tangan ala jepang mengakhiri pertemuanku dengan pengusaha jepang itu.
Tegukan teh hangat mencairkan keteganganku, Bronkhost menjabat tanganku, ia bangga kepadaku. Sebagai ucapan terimakasihnya, aku mendapat bonus darinya.
“congratulation”, singkat, jelas, dan padat. Itulah gaya Bronkhost lelaki berdarah Belanda yang tak kenal basa-basi. Seketika aku ingat panggilan telepon yang hampir menghancurkan karirku. Aku nyalakan handphoneku, ku lihat panggilan tak terjawab, tertulis nomor telepon dari luar negeri. Kampung halamanku, Indonesia. Hah? Indonesia. Aku bingung, setelah 2 tahun di Jerman aku tak pernah mendapat panggilan telepon dari Indonesia, selalu aku yang menghubungi ibuku di sana. Tanpa berpikir panjang, aku langsung telepon nomor itu.
Tut tut tut. Suara berat menjawab panggilanku.
“Halo, Assalamu’alaikum, siapa ya?”.
Nada bicaranya terdengar sangat familiar di telingaku.
“Amir, kau rupanya yang hampir menghancurkan karirku, tahu dari mana kau nomor teleponku?”
“Alfa? My brother, apa kabar kau di sana?. Sombong sekali kau, tak pernah kau kabari aku. Aku tahu nomor teleponmu dari ibumu”
“bukannya aku sombong, tapi… nanti ku ceritakan kalau aku sudah pulang kerja”
“tunggu, ada kabar penting yang ingin ku sampaikan”
Laptop Toshiba aku tutup dan aku masukkan ke dalam tas. Aku berjalan setengah lari menelusuri meja-meja kerja di kantorku.
PART 2
Laptop Toshiba aku tutup dan aku masukkan ke dalam tas. Aku berjalan setengah lari menelusuri meja-meja kerja di kantorku.
Tot tok tok.
Tak ada jawaban, ku ketuk lagi pintu ruangan Bronkhost. Ku tarik gagang pintu stanlees.
Kreek…
Bronkhost sedang asyik mendengarkan musik dari laptopnya. Rupanya headset yang menempel di telinganya yang menghalangi suara ketukan pintu.
Dengan suara lantang aku sengaja memanggilnya dari balik pintu.
Mister, I’m sorry.
Bronkhost
terkesiap. Aku menceritakan tentang panggilan telepon dari sahabatku di
Indonesia. Mendengar ceritaku, dengan berat hati Bronkhost
mengijinkanku untuk cuti pulang ke Indonesia.
XXXXXXXXXX
APARTEMEN. Jantungku masih berdebar kencang akibat tragedi klakson Mercy
tadi. Aku mengemas pakaian ke dalam tas gendong kesayanganku yang ku
beli di pasar Tanah Abang, karena ku pikir perjalananku kali ini takkan
lama.
Jam Rolex di
tanganku menunjukkan pukul 10 pagi. Aku memasukkan visa ke dalam tas.
Tak lupa aku masukkan kalung setengah hati pemberian mantan kekasihku
dahulu. Kalung ini, semua kenangan itu, aakkhh lupakan… aku tak mungkin bertemu lagi dengannya.
PART 3
BANDARA XXX
JERMAN. Gemuruh pesawat memekang telingaku. Di dalam pesawat aku terus
memikirkan pembicaraan singkatku dengan Amir. Aku masih tak percaya
dengan perkataannya itu. Namun hati kecilku mempercayainya, karena aku
mengenalnya, sangat mengenalnya. Perjalanan Jerman-Indonesia tidaklah
singkat. Butuh waktu 5 jam di udara untuk sampai di bandara Soekarno-Hatta. Aku mengeluarkan Novel favoritku, tetralogi Laskar Pelangi. Kisah anak Belitong yang memiliki mimpi-mimpi besar, salah satunya adalah keliling Eropa-Afrika, dan akhirnya Ikal dan Arai
tokoh dalam novel itu kuliah di Universitas Indonesia. Kemudian mereka
mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Negara tempat aku
bekerja sekarang, Jerman. Di sini ia berteman dengan mahasiswa lainnya
dengan berbagai macam sifat dan watak. Kemudian klimaks dari cerita
tersebut adalah ketika niat mereka untuk menjamah Eropa-Afrika diikuti
oleh teman-temannya. Ikal keliling Eropa-Afrika bukan sekedar
jalan-jalan mengisi liburan musim panasnya, namun ia juga mencari wanita
pujaan hatinya yang telah lama berpisah dengannya, A Ling.
XXXXXXXXXX
BANDARA
SOEKARNO-HATTA. Udara pagi yang ku hirup kali ini berbeda seperti
biasanya. Awan tebal menutupi sinar matahari di landasan pesawat. Aku
turun dari pesawat sambil menggendong tas kesayanganku. Aku berjalan
menuju ruang penjemputan. Aku melihat jam di tanganku. Kemudian aku
mengaturnya dengan jam yang menempel di dingding ruang itu. Setengah jam
berlalu, akhirnya aku mendengar teriakan yang sangat familiar dari arah
belakang.
Alfa, my brother maaf aku terlambat.
Sambil
berjalan kami berbincang sebentar melepas kerinduan. Kami menelusuri
koridor Bandara menuju area parkir. Tak kusangka Amir yang ku kenal
pemalas ternyata ia telah menemukan kesuksesannya. Amir mengeluarkan
kunci mobilnya dari dalam saku celana. Dengan satu sentuhan, kunci
otomatis mobilnya terbuka.
Pek pek
Aku
terkejut setelah melihat mobil yang ia gunakan untuk menjemputku.
Ternyata mobilnya sama persis seperti mobil yang hampir menabrakku
kemarin pagi, Mercy dua pintu berwarna merah.
PART 4
Institut
Pertanian Bogor. Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB). MPKMB
adalah salah satu program perkuliahan bagi mahasiswa baru. Pagi itu aku
dan mahasiswa baru lainnnya dikumpulkan di sebuah lapangan. Kemudian
kami masuk ke dalam salah satu aula. Di aula itu untuk pertama kalinya
aku bertemu dengan sosok wanita yang menarik perhatianku. Aku tertarik
padanya, tatapannya, senyumannya, aku benar-benar tertarik pada wanita
itu. Dia adalah salah satu temanku satu jurusan, yaitu Program Keahlian
Analisis Kimia atau sering disingkat “Ankim”.
Acara
dimulai. Dua orang kakak senior berpakaian rapi layaknya seorang
pembicara di sebuah seminar. Yang pria mengenakan kemeja putih lengan
panjang yang dilapisi jas hitam garis-garis putih. Celananya berwarna
hitam mengkilat terbuat dari bahan sutra yang halus. Semakin bawah,
sepatu pantopel hitamnya menkilap memantulkan cahaya lampu aula itu.
Yang wanita mengenakan dres berwarna kuning yang dilapisi blazer hijau
toska. Sepatu high heels setinggi 10 cm semakin memperindah kakinya yang
mulus. Rambut hitamnya diikat kebelakang, memperlihatkan lehernya yang
menjadi penyeimbang antara pikiran dan perasaan. Benda yang menggantung
di daun telinganya semakin memperkuat kecantikan bola matanya.
Setelah
memperkenalkan diri, mereka mulai membuka acara dengan sambutan dan
yel-yel yang cukup menggelikan telingaku. Mereka pun mangucapkan selamat
datang kepada kami para mahasiswa baru. Dan kemudian, secara bersamaan
mereka memanggil sebuah nama
Profesor doktor insinyur Zairin Junior M.Sc
Dengan
serentak para dosen berdiri sambil bertepuk tangan yang diikuti dengan
para mahasiswa lainnya. Gelar yang dimiliki beliau tidak menutupi
kesederhanaan dan terpancar sosok yang berwibawa. Beliau memperkenalkan
diri dan menceritakan sedikit perjuangan hidupnya. Beliau adalah salah
satu dosen di IPB program sarjana, dan beliau pula yang mencetuskan
didirikannya IPB program Diploma.
Terbaik Untukmu
memahamimu tidaklah mudah
mengerti apa maumu memang sulit
menyayangimu bukanlah hal yg mudah
aku bukan org yg pandai untuk semua itu
bkn org yg pantas tuk dibanggakan
tp aku kan berusaha tuk jd yg terbaik untukmu (GMN 2010)
Langganan:
Postingan (Atom)